Upacara sawer dalam pernikahan Sunda dilakukan dengan menaburkan sejumlah benda-benda kecil yang punya makna khusus yang dilakukan oleh orang tua kedua mempelai. Saweran ini biasanya ditaburkan oleh orang tua mempelai. Sebagian orang percaya bahwa membagikan barang-barang ini dapat mengajarkan kedua calon mempelai untuk hidup bahagia di rumah mereka sendiri dan tidak lupa untuk selalu memberi bantuan kepada orang-orang yang kurang beruntung.

Taburan saweran disebar pada payung yang menaungi kedua mempelai yang berada di bawahnya. Selama prosesi berlangsung juru sawer menembangkan kidung berisi nasihat sebagai bekal kedua mempelai yang akan menempuh hidup baru.

Sesuai urutan adat pernikahan Sunda, setelah melakukan ijab kabul dan sungkem kepada orang tua, upacara sawer baru dilaksanakan. Karena perkembangan zaman dan segi kepraktisan, upacara sawer saat ini dilakukan di dalam ruangan. Namun apabila dilihat dari arti kata sawer sendiri, sawer diambil dari kata awer dalam bahasa Sunda yang bermakna “air jatuh menciprat”

dalam penerapannya disesuaikan dengan tradisi masa kini, barang yang sawer mengalami simplifikasi menjadi sejumlah nominal uang atau hadiah lain berupa doorprize, namun secara pemaknaan tetaplah sama: berbagi kebahagiaan dengan yang lain.